Senin, 16 April 2018

Analisis keikutsertaan kontingen Rusia di Suriah



Mengapa Rusia harus repot-repot berperang di Negara yang secara geografis tidak berbatasan langsung dengannya, faktanya hampir  lebih 2 tahun Rusia mengirim pasukan udaranya untuk memberantas ISIS di Suriah Kampanye militer Rusia di Suriah telah berlangsung sejak 30 September 2015.

Pasukan Kedirgantaraan Rusia melancarkan serangan udara terhadap ISIS serta kelompok teroris lainnya yang menentang pemerintah Suriah, bila dikalkulasikan secara kasar Lembaga analisa dan riset militer, IHS Jane, memperkirakan  pengeluaran kremlin untuk suriah selama 6 bulan terakhir berkisar $ 2milyar dengan hitung hitungan biaya perbulan mencapai $80 juta sampai $120 juta, dan estimasi biaya harian Moscow mengahbiskan sekitar $710 ribu agar armada udara nya bisa menggelar oprasi militer, biaya itu belum termasuk harga untuk amunisi yang bisa mencapai $750 ribu per hari, dengan pemecahan Putin mengerahkan 73 jet tempur pembom tipe Tupolev dan Sukhoi, serta 20 helikopter tempur tipe Mi-series. IHS melansir, biaya mengudara armada tempur ini berkisar $12 ribu per jam untuk pesawat dan $3.000 per jam untuk helikopter. 

Sedangkan Untuk menerbangkan 4.000 personel militer ke Suriah, Rusia membutuhkan dana sekitar $440.000 per hari. Untuk biaya operasional bagi armada laut yang berjaga di Laut Mediterania dan Kaspia, Rusia mengeluarkan kocek sekitar $200.000. Biaya untuk logistik, intelejen, dan komunikasi mencapai $250 ribu. Jika ditotal, pengeluaran harian Rusia di Suriah mencapai $2,4 juta, Menurut Ben Moores, analis senior di IHS, angka ini baru estimasi kasar. Biaya riil yang dikeluarkan Moskow per hari bisa mencapai dua kali lipat hingga $4,8 juta. Angka ini tak berbeda jauh dari pengakuan pejabat pertahanan Rusia pada The Moscow Times. Pejabat ini mengaku uang dari Kremlin untuk melindungi Damaskus mencapai $4 juta per hari.. 

Dengan biaya yang fantastis ini tidak mungkin puttin tidak memiliki maksud khusus, ada beberapa kemungkinan yang menjadi dasar rusia melakuakan kampanye militer di suriah antara lain menurut berbagai sumber;

Membuat barat kesal

            Keputusan Rusia membantu Assad di konflik Suriah pun bisa dianggap sekadar menjadikannya proksi dalam persaingannya dengan Barat. Adagium “musuhmu adalah kawanku” betul-betul diterapkan Putin. Posisi Rusia dalam kancah politik internasional kini memang disorot. Selain di Suriah, intervensi Putin di konflik Ukraina dengan menganeksasi Krimea dan dukungan senjata bagi para pemberontak di timur Ukraina membuat mereka dikucilkan dunia Barat. Sejak 2014 lalu, koalisi Barat yang dipimpin Uni Eropa dan Amerika Serikat sepakat untuk mengembargo total Rusia di berbagai bidang. 

Ingin kembali dianggap berkuasa

Puttin  menunjukkan kepada dunia bahwa aksi militer yang keras dapat mengubah kebijakan AS, dan memaksa AS untuk memberi Rusia status digdaya yang didambakannya," kata Keir Giles, ahli kebijakan pertahanan Eurasia dari Chatham House,

Giles menganggap kebijakan Obama-lah yang memungkinkan Putin melenggang masuk ke Suriah. Sikap Amerika yang tak mau secara serius terlibat di perang Suriah membuat kevakuman kekuasaan itu cepat diisi oleh Rusia. Sehingga status digdaya yang sempat luntur bersama keruntuhan uni soviet kembali di genggam,

Uji coba militer dan pamer senjata baru

            Dalam medan laga Suriah kali ini masing masing kubu baik Amerika dan sekutunya maupun Rusia masing masing mengusung hulubalang terbaru terbaik dan termutakhir, terakhir adu kuat rudal jelajah tomahawk milik Amerika harus berhadapan dengan pertahanan udara terbaru Rusia S-400 yang diklaim mampu merontokan semua bahaya yang mengancam dari udara,

Selain unjuk kekuatan, perang berskala besar juga merupakan kesempatan emas untuk menunjukkan persenjataan baru pada calon pembeli. Contohnya adalah saat Rusia berhasil menguji coba rudal jelajah 3M-14 dari laut Kaspia menuju Suriah, yang jaraknya lebih dari 1.500 km. Berdasarkan perjanjian internasional, jika tak dipakai untuk perang, rudal hanya boleh dipakai untuk radius maksimal 300 km. 
            Di Suriah jugalah pesawat jet Sukhoi SU-30 dan SU-35S mencicipi medan perang sesungguhnya. Dua jenis pesawat tempur ini sudah dijual ke 11 negara, termasuk Indonesia.

Akhir kata harapan kita cukuplah  Sang Beruang menunjukkan ototnya ke hadapan dunia sebagai negara adidaya sekaligus mempromosikan dagangan militernya. Karna pada dasarnya, upaya promosi  itu dibayar cukup mahal dengan kematian 1.984 orang.


Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar